Sabtu, 15 Juni 2013

Urgensi Internet bagi Remaja Masa Kini


PENTINGNYA PENDIDIKAN INTERNET BUAT PARA REMAJA

Perkembangan dunia internet semakin penting untuk pendidikan para remaja kita dijaman ini karena tanpa mengenal dunia internet bisa dikatakan remaja kita tertinggal pengetahuan tentang internet tetapi kenapa banyak orang tua yang mengkhawatirkan hal ini kepada anak-anaknya?

Banyak alasan orang tua terhadap anak yang kecanduan tentang dunia internet diantaranya mengganggu konsentrasi, terganggunya jam tidur, hingga ancaman cyber crime menjadikan para orang tua khawatir akan penggunaan internet terhadap anak-anaknya. Tapi tahukah Anda? Tidak memiliki akses internet adalah hal yang lebih buruk lagi buat anak anda dan para remaja sekarang ini dan satu hal lagi dalam mendidik para remaja kita tentag dunia internet tentunya ada pengawasan baik dari guru dan orang tua sendiri jangan sampai sampai anak dan remaja kita  menyalahgunakannya.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Universitas Oxford menunjukkan bahwa remaja yang tidak memiliki akses web sebenarnya mengalami kerugian yang serius dalam bidang pendidikan dan sosial.

Kantor Statistik Nasional Inggris mencatat bahwa sekitar lima persen dari keluarga di Inggris yang memiliki anak-anak saat ini masih mengalami kesulitan dalam mengakses internet. Siswa-siswa ini melaporkan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah dan merasa tidak dianggap dalam pergaulan sosial.

Meski dianggap memiliki dampak negatif, jika dimanfaatkan dengan tepat, kenyataannya internet  banyak membantu para remaja untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah mereka, membantu bersosialisasi dan membuka jejaring pertemanan yang lebih luas.

Bahkan, untuk menjamin internet yang aman Organisasi non-profit Family Online Safety Institute (FOSI) membangun “A Platform for Good”. Sumber daya online yang baru diluncurkan ini menjadi alat untuk para remaja, orang tua dan guru untuk meningkatkan kesadaran tentang efisien praktek keamanan online.

“A Platform for Good” adalah bentuk kerja sama FOSI dengan sembilan perusahaan teknologi termasuk Facebook, Microsoft dan Google. Dengan “A Platform for Good” remaja dapat mengetahui cara-cara tambahan untuk tetap aman dalam berselancar di internet serta menggunakannya untuk kebaikan sosial.

Kini, para orang tua seharusnya tidak perlu khawatir akan penggunaan internet oleh para anaknya, karena mereka dapat membantu menuntun dan mengawasi para remajanya untuk memanfaatkan internet dengan sebaik-baiknya.

Pentingnya Pendidikan bagi Anak


PENTINGNYA MENERAPKAN PENDIDIKAN SEJAK DINI

Pendidikan perlu diterapkan secara dini yaitu pendidikan yang dilakukan dari keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga ini sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan anak untuk masa-masa selanjutnya. Orang tua mempunyai tanggung jawab penuh atas anak-anaknya. Peran orang tua tidak hanya menyediakan materi dan saat-saat belajar tetapi juga pengawasan waktu belajar dan juga membimbing anak-anaknya untuk mengatasi kesulitan belajar.
Orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak. Kartono (1985;5) mengatakan bahwa :
 “Orang tua harus dapat menciptakan situasi dan kondidsi baik fisik maupun psikis, baik secara sosial maupun non sosisal yang memadai agar tercapai prestasi belajar yang optimal. Hal ini karena keluarga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan murid khususnya jika orang tua bersifat merangsang, mendorong dan membimbing terhadap aktifitas belajar anaknya, sehingga memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi”
Peran orang tua juga berkisar pada kegiatan pemeliharaan, pengasuhan, pembimbingan, dan pendidikan anak baik segi rohani maupun jasnrani. Peran yang lebih kongkrit lagi orang tua adalah sebagai pendorong yang memberi semangat, penasehat serta teman serta menjadi contoh anaknya selain sebagai orang yang mencintai, yang memberi kasih sayang dan tempat bertanya anaknya.
Bimbingan adalah merupakan bantuan atau tuntunan, yang mengandung pengertian bahwa pembimbing harus memberikan bantuan kepada yang dibimbing¬nya. Keadaan seperti ini terkenal dalam dunia pendidikan “Tut Wuri Handayani” yaitu bahwa dalam memberi bimbingan, arah diserahkan kepada yang dibimbing. Bimbingan hendaknya merupakan bantuan yang dapat menyadarkan seorang itu akan pribadinya sendiri (bakatnya, minatnya, kemampuannya dan sebagainya) sehingga dengan demikian ia sanggup memecahkan sendiri kesukaran-kesukaran yang dihadapainya.
Bimbingan orang tua dapat membawa pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik tcrhadap aktifitas belajar anak, melalui bimbingan orang tua dapat mengarahkan dan mengetahui segala kesulitan-kesulitan yang dihadapi putra-putrinya. Menurut Druxes (1983-105) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dihubungkan dengan tujuan belajarnya”, maka anak sebagai siswa yang dapat dikatakan berhasil apabila tujuan belajarnya dapat dicapai.

Pendidikan di Era Facebook


PENDIDIKAN DI TENGAH FACEBOOK GENERATION

Pendidikan adalah sesuatu yang bersifat fitrah, karena pendidikan adalah kebutuhan essensi yang dibutuhkan oleh menusia di tengah peradaban dari jaman prasejarah hingga jaman modern ini. Sepanjang perkembangan peradaban itu, manusia mengenal pendidikan dengan metoda pembelajaran yang bervariasi, sesuai struktur sosial yang memusarinya. Sistim pendidikan kala itu semata untuk membekali mereka dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi satu dengan lainnya untuk menggapai dinamika kehidupan masyarakat mereka.

Dengan bekal pembelajaran social yang akurat, cermat dan bersinergi tinggi, maka pada jaman apapun akan mampu membentuk masyarakat yang berfitur sosiologis yang baik. Lantas bagaimana dengan pendidikan modern, yang dilangsungan di tengah era tehnologi informasi dan komunikasi yang super canggih, seperti misalnya penggunaan aplikasi facebook untuk sebagian besar masyarakat kita, yang sudah terlanjur menggandrungi facebook tersebut sebagai alat komunikasi.

Khusus untuk penunjang sistim komunikasi ini, semakin canggih, efisien, cepat serta murah, semakin pula banyak “ekses negatip” yang ditimbulkan. Sistim informasi dan komunikasi tersebut adalah “situs pertemanan facebook”. Sebagai sistim yang banyak menarik kegandrungan masyarakat dunia terlebih-lebih bagi facebooker remaja kita (sebesar 40,1 % dari seluruh facebooker).

Begitu kuatnya facebook berhasil menyihir hati kita semua, terbukti bahwa masyarakat pengguna sistim ini, menurut survey pada tahun 2009 berjumlah mencapai 235 juta penduduk dunia ( hampir menyamai penduduk USA). Bahkan lebih mengejutkan lagi, memasuki tahun 2010 ini,pengguna facebooker telah tembus hingga mencapai setengah milyar masyarakat dunia, dengan jumlah “log in” aktif sebesar 50% dari keseluruhan facebooker dan 70% diantaranya adalah facebnooker dari luar Amerika. Jumlah tersebut bervariasi lintas gender, remaja hingga orang dewasa dengan tidak memandang jenis profesi. Hal ini tentunya membawa konsekuensi bahwa facebook, bakal menjadi sistim komunikasi dan informasi yang membentang menembus tembok budaya, bahasa, geografis, kedaulatan negara serta perdaban social seantero bumi ini.

Dengan jumlah facebooker yang mencapai hamper 23 juta maka diluar dugaan Indonesia menjadi 10 negara terbesar pengguna bersama dengan. AS, Inggris, Turki, Perancis, Canada, Itali, Spanyol, Australi dan Pilipina. Perkembangan facebooker ini melesat dari tahun ke tahun, mulai hanya 831 ribu facebooker pada tahun 2008 hingga mencapai jumlah 22 juta pada tahun 2010 ini dan diprediksi akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Lantas kitapun mesti harus mempersiapkan mental kita, apabila sebagian besar pengguna facebook adalah remaja putra putri kita. Akses negatip apa yang bakal menerpa mereka.

Memang perlu kita waspadai bahwa semenjak masyarakat Indonesia mengenal telepon seluler, kemudian internet dan terakhir adalah facebooke, sedikit banyaknya sistim tersebut telah mengubah perilaku mereka. Betapa tidak, mereka ibaratnya telah menjadi bagian masyarakat yang tidak lagi interaktif dan komunikatif dengan lingkungan sosialnya dan pada gilirannya nanti bakalan menjadi masyarakat dengan fitur sosial yang

tanpa kepedulian sesama, pengaruh ini sudah barang tentu akan signifikan terhadap remaja. Karena mereka hanya bersedia berinteraksi dengan komunitasnya yang berada dalam satu sistim.

Masalah lain yang juga patut kita waspadai adalah semakin mudahnya remaja kita mengakses situs porno yang belum relevan dengan perkembangan pribadi mereka. Oleh karena itu kita menjadi prihatin dengan data yang disodorkan

Okanegara dalam “Kehidupan Remaja Saat Ini” (2007) bahwa jumlah remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30 persen dari total penduduk Indonesia? Tahukah kita bahwa sekitar 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah? Tahukah kita bahwa 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya?.

Lantas kitapun berpikir, apakah pengaruh aplikasi dunia maya tersebut sangat signifikan terhadap ambruknya moralitas remaja kita. Pertanyaan tersebut haruslah dijawab dengan bijak, karena tehnologi aplikasi tersebut semata mata dirancang untuk kesejahteraan umat manusia, begiotu juga dengan tehnologi lainnya. Maka untuk menyematkan dunia remaja dari ekses negatif, maka kita perlu meningkatkan peran faktor pendukung sistim pendidikan, yaitu sekolah, orang tua wali dan masyaakat yang lebih ketat lagi.