Hijrah Rasul Dan Transformasi
Sejarah Umat Islam
Adalah suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari ke Madinah, setelah selama 13 tahun
menjalankan misi dakwahnya di Mekah, merupakan tonggak sejarah yang sangat
menentukan dalam perjalanan sejarah peradaban Kaum Muslim dan umat manusia pada
umumnya di masa kemudian. Hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para pengikutnya
bukan sekadar menunjukkan adanya perpindahan secara geografis, tetapi lebih
dari itu memiliki tujuan strategis, dalam rangka meningkatkan spektrum dakwah
Islam secara lebih luas.
Fase Mekah
Telah sama diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw pada mulanya
hanya berdakwah kepada keluarga dekatnya, untuk menyampaikan ajaran pokok Islam
tentang tauhid. Baru tiga tahun kemudian, setelah pengikutnya bertambah banyak,
Nabi mulai melakukan dakwah secara terbuka kepada lingkungan yang lebih luas.
Pada masa itu masyarakat Arab secara umum masih sangat terbelakang dalam hampir
semua segi kehidupan. Mereka tenggelam dalam pemujaan berhala dan terpecah
belah dalam semangat kesukuan.
Dengan misi suci yang dibawanya, Nabi Saw berusaha
menyadarkan dan membimbing masyarakatnya untuk mengikuti nilai-nilai kebenaran
yang berasal dari Allah SWT. Kepada mereka diajarkan untuk beribadah hanya
kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Demikan pula dalam kehidupan
keluarga dan sosial ditanamkan nilai-nilai yang jelas mengenai penghargaan
terhadap kaum wanita dan perlakuan yang adil atas setiap orang.
Setelah melihat pengaruh seruan Rasulullah begitu kuat,
dalam sebuah pertemuan rahasia, para pemuka Arab Quraisy bersepakat untuk
membunuh Nabi Muhammad dengan mengumpulkan wakil dari masing-masing suku.
Namun, berkat perlindungan Allah SWT, rencana busuk kaum kafir Quraisy itu
akhirnya gagal dan Nabi Saw berhasil lolos keluar dari rumahnya untuk kemudian
pergi menuju Madinah. Peristiwa itulah, yang terjadi pada tahun 622 M, dikenal
sebagai “hijrah” yang menandai babak baru perjuangan Nabi Muhammad dalam
menyebarkan misi Islam yang berbasis di kota Madinah.
Fase Madinah
Di Madinah secara perlahan Nabi mulai membangun kekuatan
politik melalui kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya dengan warga Madinah,
yang pada intinya untuk memberi kelonggaran baginya dalam merealisasikan ajaran
Alquran. Untuk itu, secara internal, Nabi berupaya menguatkan ikatan kaum
Muslim dengan cara mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, dan juga
menjalin perjanjian dengan orang-orang Yahudi dari Bani Quraidha, Nadir dan
Qainuqa. Untuk mengatur hubungan sosial dan politik di antara suku-suku warga
Madinah itu, Nabi mengeluarkan sebuah piagam yang disebut sebagai Piagam
Madinah.
Dalam bidang keuangan, Nabi mendirikan lembaga baru yang
disebut Baitul Mal. Melalui lembaga ini zakat serta kewajiban-kewajiban
finansial kaum Muslim dan masyarakat pada umumnya dikumpulkan, untuk kemudian
digunakan membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menghadapi
serangan-serangan musuh, baik dari dalam maupun dari luar, Nabi membentuk suatu
barisan pertahanan. Musuh pertama yang dihadapi oleh Nabi datang dari Yahudi
yang tinggal di Madinah. Mereka memandang kehadiran Nabi sebagai ancaman
terhadap kepentingan mereka. Musuh lain, yang jauh lebih berbahaya adalah kaum
kafir Quraisy. Peperangan yang kemudian dihadapi oleh Nabi dan kaum Muslim
antara lain perang Badr, Uhud, Ahzab, Khaibar, dan Hunain. Nabi juga menghadapi
pemberontakan orang-orang Yahudi.
Pemberontakan pertama terjadi pada tahun kedua Hijrah,
sepulangnya dari perang Badr. Penyebabnya, suku Banu Qainuqa membunuh seorang
pria Muslim. Tindakan ini merupakan pelanggaran atas perjanjian yang telah
mereka buat dengan Nabi. Setelah menghadapi beberapa peperangan, pemberontakan,
dan pelbagai peristiwa lainnya, akhirnya Nabi berhasil mencapai puncak
kemenangannya. Pada tahun kedelapan Hijrah, ia berhasil masuk kembali ke Mekah.
Nabi berhasil menaklukkan Mekah dan penduduknya tanpa menumpahkan darah.
Peristiwa ini, kemudian disebut sebagai Fathul Makkah.
Peristiwa hijrah merupakan tonggak sejarah yang sangat
menentukan dalam perjalanan risalah ilahiah yang dibawa oleh
Nabi, dan pada akhirnya mengubah masyarakat yang tadinya
dikenal sebagai jahiliah menjadi masyarakat yang beradab. Setelah pembukaan
kota Mekah, Islam kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia dan
berhasil meciptakan gerakan ilmiah dan kekuatan politik di Barat dan Timur.
(Disarikan
dari berbagai sumber oleh: Khairul Warisin, S.Pd.I)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar